Jumat, 17 September 2010

Adab Pergaulan Nabi Muhammad S.A.W

Yunus Syaibani mengatakan bahwa Imam Shadis as bersabda kepadaku: “Bagaimana kalian bercanda dengan sesama kalian?” Aku menjawab: “sedikit sekali”. Beliau bertanya: “Mengapa kalian tidak bercanda? Bercanda tanda dari kebahagiaan. Dengan canda kalian bisa membahagiakan saudara seagama kalian. Sesungguhnya Rasulullah saw juga bercanda dengan orang-orang. Dengan cara inilah beliau ingin membahagiakan mereka.

Imam Shadiq as bersabda: “Bukan orang mukmin, orang yang tidak mau bercanda. Rasulullah saw juga bercanda, tetapi tidak berbicara melainkan kebenaran”.

Menurut riwayat Dailami, Rasulullah saw menjahit bajunya, menjahit sandalnya, memerah susu kambingnya, makan bersama para budaj, duduk di bawah, mengendarai keledai dan membonceng orang lain di belakangnya. Rasa malu tidak menghalangi beliau untuk pergi ke pasar memenuhi kebutuhan pribadinya dan membawanya sendiri ke rumah. Beliau berjabat tangan dengan orang kaya juga orang miskin dan tidak melepaskan tangannya sebelum mereka melepaskan tangan. Berpapasan dengan siapa saja, kaya maupun miskin, besar atau kecil, beliau mengucapkan salam kepadanya. Apa saja yang ditawarkan kepadanya, beliau tidak meremehkannya, meskipun kurma yang paling rendah. Beliau adalah orang yang ekonomis, tidak banyak pengeluaran. Selera tinggi, bagus dalam bergaul dan berakhlak mulia. Senantiasa tersenyum, dan tidak tertawa keras. Kelihatan sedih tapi tidak cemberut. Tawadu, tapi tidak mengecilkan harga dirinya. Dermawan, tetapi tidak boros. Rendah hati dan penuh kasih sayang kepada semua kaum muslimin. Beliau tidak pernah sendawa akibat kenyang. Tidak pernah berharap dari orang lain.

Imam Ali as bersabda: “Rasulullah saw tidak pernah menarik tangannya terlebih dahulu bila berjabat tangan dengan orang lain sampai orang itu melepaskan tangannya. Tidak pernah ada orang yang bekerja dengan Rasulullah lantas beliau lebih dahulu berhenti dari kerjaannya, tetapi beliau bersabar sampai orang itu berhenti dari kerjaannya. Tidak pernah orang lain memulai pembicaraan dengan beliau dan beliau lebih dahulu diam dari orang itu. Beliau tidak pernah selonjorkan kakinya di depan orang lain. Beliau tidak pernah bingung di antara dua pekerjaan, bahkan memilih yang lebih berat dari keduanya. Beliau tidak pernah dendam atas kezaliman yang dilakukan terhadapnya, kecuali bila hak Allah yang dizalimi, maka karena Allah beliau marah. Beliau tidak pernah makan sambil bersandar sampai akhir hayatnya.

Bila diminta sesuatu darinya, beliau tidak pernah menjawab “tidak”. Beliau tidak pernah menolak orang yang membutuhkan, melainkan memenuhi kebutuhannya atau bila tidak bisa beliau menyenangkannya dengan ucapan yang baik. Salatnya lebih ringan dari salat orang lain. Khotbahnya lebih pendek dari khotbah orang lain dan menghindari pembicaraan yang sia-sia. Bila beliau datang, ketahuan dari bau harumnya.
Bila makan bersama beliau adalah orang yang pertama memulai makan dan yang mengakhirinya. Ketika makan, beliau mengambil apa yang ada di depannya. Ketika beliau makan kurma, menawarkan kepada yang lainnya juga. Ketika minum air beliau lakukan menjadi tiga tegukan dengan disela-selai nafas. Tidak sekaligus beliau teguk. Tangan kanannya dikhususkan untuk makan dan minum serta memberi dan menerima. Tidak mengambil dan memberi sesuatu kecuali dengan tangan kanan. Tangan kirinya untuk seluruh anggota badannya. Dalam semua pekerjaan, seperti memakai pakaian, sepatu, dan naik maupun turun dari kendaraan, beliau selalu memulai dengan tangan atau kaki kanan.
Bila memanggil seseorang mengulanginya sampai tiga kali. Tetapi dalam berbicara hanya cukup sekali. Bila minta izin untuk masuk, beliau mengulangi sampai tiga kali. Ucapannya jelas dan setiap orang pasti memahaminya. Ketika berbicara, giginya yang putih, tampak bersinar. Bila kamu mendekatinya, kamu akan berkata bahwa gigi beliau renggang padahal tidak demikian. Pandangannya sekilas dan tidak memandang tajam kepada seseorang. Tidak berbicara kepada orang lain yang tidak disukainya. Ketika berjalan bagaikan orang yang turun dari lereng.

Beliau selalu bersabda: “Paling baiknya kalian adalah yang paling baik akhlaknya”. Beliau tidak pernah memuji atau mencaci makanan. Sahabat-sahabat tidak pernah cekcok mulut di depan beliau. Setiap orang yang membicarakan beliau senantiasa mengatakan: “Aku tidak pernah dan tidak akan pernah melihat orang seperti beliau”.

Imam Shadiq as bersabda: “Bila Rasulullah saw duduk bersama orang lain, beliau tidak akan berdiri terlebih dahulu sebelum orang itu berdiri”.

Menurut riwayatkan Thabresi: “Rasulullah saw senantiasa berbicara sambil tersenyum”

Muammar bin Khallad mengatakan: “Aku bertanya kepada imam Ridha as: “Demi engkau! Ada seseorang di antara sekumpulan manusia. Dia berbicara dan membuat orang-orang di situ tertawa, apa ini? Beliau menjawab: “Tidak masalah” yang penting tidak… – aku yakin bahwa beliau akan mengatakan yang penting tidak ada caci maki di situ – kemudian beliau mengatakan: “seorang laki-laki Arab badui datang menghadap Rasulullah saw untuk memberikan hadiah, dan mengatakan: “Bayar hadiah yang aku berikan kepadamu!” Rasulullah tertawa karena ucapan ini. Setiap Rasulullah saw merasa sedih beliau mengatakan: “Hei Arab, apa yang dia kerjakan? Seandainya dia datang ke sini dan membuat kami tertawa dengan ucapannya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar